PAYUNG MISTERIUS
Hujan turun deras sekali membasahi bumi ini. Aku melihat dari alun-alun kaca jendela kamarku. Mataku tersorot pada seseorang yang berdiri di bawah pohon yang cukup tinggi, di dekat lapangan bola yang tak jauh dari rumahku. Aku tidak tau apa yang dia lakukan di sana seorang diri. Pandanganku tak henti-hentinya melihat lelaki ituyang menggunakan payung kecil yang berwarna hiijau itu.
“ Apa mungkin dia kembali lagi,?”.
Tapi enggak mungkin, eh iya dia sepertinya Imam. Lelaki yang kusukai dan entah mengapa dia meninggalkanku sendirian dalam keadaan rindu yang s’lalu menyerumutiku. Payung itu mengingatkanku dengan kejadian yang dulu, saat itu , hujan turun menyirami bumi. Ketika itu aku dan imam sedang melihat hasil pengumuman kelulusan di sekolah.
Aku masih ingat betul kejadian itu, dan tak akan pernah terhapuskan di dalam ingatanku.
*****
Hari ini adalah hari yang di nanti-nantikan, di mana pada hari ini, semua berharap lebih. Karna pengumuman UN yang telah kami laksanankan pada perempatan bulan lalu.
“ Tit,,,,,,tit,,,tit”.
Suara klakson motor matic milik sahabatku putri, pagi-pagi sekali sudah bertengker di halaman rumahku. Rencananya kami akan melihat hasil pengumuman kelulusan bersama. Aku berharap semoga teman-temanku pada lulus semua. Sebelum aku menghampiri putri, aku meminta izin dan do’a ke mamaku terlebih dahulu. Aku sangat sedih soalnya , papa telah pergi meninggalkan kami semua untuk selamanya. Ketika itu aku masih duduk di kelas 5 SDN. Aku ingin papa ngeliat kebahagian yang aku rasakan, ketika aku lulus dan melanjutkan ke Universitaws yang telah aku impikan di jauh-jauh hari.
Kemudian aku dan putri mulai beranjak pergi dari perkarangan rumahku, yang banyak di tumbuhin pepohonan yang cukup tinggi. Aku dan putri terus melanjutkan perjalanan menuju sekolha yang lumanyan jauh dari rumahku. Ketika di tengah perjalanantak sengaja kami bertemu dengan imam dan edi.
“ Mau kemana dek , ?”. sahut imam kepadaku
“ engggak, kami hanya mau liat hasil pengumuman UN,”.
Sahutku dengan suara yang lantang.
“ Owh,,, barengan aja, soalnya kami mau kesekolah jiga ny, mau liat hasil pengumuman ,!”.
Lantangnya sambil cebgingisan.
****
Hujan turun deras sekali hari itu, padahal kemarin terang banget, tapi kenapa hari ini kok bisa hujannya.?”. gumammku.
Aku ngeliat tanaman-tanaman di perkarangan sekolah, semakin segar nan elok di pandang. Edi sama putri sudah kembali duluan. Soalnya mereka berdua katanya ada urusan sedikit. “ Ntah iya tu,,,?” . kini tinggalah aku sama imam yang mati kedinginan di sebuah bangunan sekolah yang berlantai 2 ini, dengan diding yang berlumuran cat warna pink, serta perkarangan sekolah yang cukup luas. Saat ini, yang masalah kami hadapi hanyalah kendaraan untuk kembali pulang.
“ Dek, pinjamlah jaketnya, imam kedinginan ny,?”.
Ratapan imam kepadaku, dengan kedua tangannya memeluk badannya sendiri dan kakinya yang kegemeteran.
“ Bukannya, enggak mau ngasih bang. Inikan jaket cewek, lagian jaketnyan kecil bang”. Sahutku ke padanya.
“Owh,, ya sudahlah, enggak papa kok, oya kita ke asrama yok. Mungkin di sana ada payung atau semacamnya yang bisa kita gunakan , buat pulang ntar?”. Omel imam lagi.
Jujur, sebenarnya sih aku males banget ke asrma, soalnya itukan asrama cowok, sedangkan aku sendiri cewek. Tapi apa boleh buat, aku kasihan ngeliat imam kedinginan kayak gitu, ntar kalo imam mati gimana?, di tuduh aku lagi, yang ngebunuh imam. Padahal dia kan cuman mati kedinginan bukanya di Aniyaya.
“ Berita terkini, telah di temukan sebuah mayat dengan jenis kelamin cowok yang bernama imam, mati kedinginan di perkarangan sekolahnya, gara-gara sang cewek tidak mau nganterin si cowok ke asrama putra. Sumber dari beberapa saksi mata.”
“ iiii...ngak lucu bangetkan.!!!?. hehehehehe
Akhirnya aku dan imam beranjak pergi dari tempat kami berdiri. Berteduh lagi dan mulai pergi ke asrama cowok. Di perangin ma hujan dikit nggak papa yang penting kami bisa selamat. Padahal cuman hujan biasa, tapi bicaranya luar biasa!!”. Heheheheh
Ketika kami telah tiba di asrama cowok. Kami hanya bertemu dengan UST Iyan. Salah satu Musyrif di asrama cowok. “Mungkin yang lain pada tiarap di kamar mereka, dengan selimut menutupi semua tubuh mereka. Soalnya itukan kebiasaan anak asrama. Tidur ketika cuaca seperti ini memang menyenangkan sekali. Nyenyak , nyaman dan apa ya.?”. hehehe “lupa”. Akhirnya aku dan imam menghampiri ust iyan. Ust iyan adalah seorang musyrif yang sangat baik hatinya, di mana hanya dirinya yang tau kalo aku dan imam itu pacaran, yang lainnya pada kagaka tau. Kalo ust-ust yang lain pada taumungkin kami tak bersama lagi , atau mungkin aku dan imam tak bersekolah disini. Karna apa?. Peraturan yang tinggal di asrama , kalo ketahuan pacaran bakalan di gundulin terus di permalukan di depan santri-santri lain, ngak kebayangkan di kepala kami berdua, kalo kami ketahuan pacaran.
“ Assalamu’alaikum ust”.
“Wa’alaikumussalam, owh imam sama hikmah, ada apa atuh.?”.
Sahutnya dengan logat sundanya yang terkadang masih nempel di lidahnya.
“ Ngak ada ust,. Tadi kami kan liat hasil pengumuman , Alhamdullilah lulus, eh tau-taunya ujan”. Jawab imam dengan santainya.
“ Owh, ust dah tau ny, kedatangan kalian berdua, pasti mau minjam payung kan?”.
“ Kok tau ust”.
“Kita kan sehati, heheheh”. Dengan sapuan seyum di kedua bibirnya. Dan seketika itu juga meledaklah keheningan di tengah hujan itu.
Setelah meminjam payung dengan ust iyan. Aku dan imam akhirnya beranjak pergi dari asrama putra. Tapi kini mendapatkan masalah terbaru lagi, payungnya kekecilan, hanya muat untuk satu orang saja. Waduh,,,,,percuma ya, kesel banget sih, pertamanya. Namun pada akhirnya seru juga.
“Yah payungnya kecil amat. Mana muat untuk berdua”. Gumamku.
“ Ya udah , ny untuk imah aja,,!”.
“ Ngak , untuk imam aja, kan imam alergi dingin, hihihihih.”.
Sambil cengingisan aku menatap ke mata imam, wajahnya nampak mayun. Ketika aku mengatakan alergi dingin. Tapi aneh ya, biasanya alergi debu, eh ini alergi dingin.
“Hmm. Percuma ya, gini deh biar adil, kita ngak osah memakai payung ini gimana?”.
“Jangan ntar imam saket”.
“ Ngak papa, yng penting kitakan berdua, hhihihihi!!”.
Akhirnya payung yang kami pinjam tdi, tak kami gunakan. Hanya di jadiin model gaya . guyuran hujan membasahi tubuh kami. Dalam sekejab saja sekujur tubuh kami bash kuyup. Di pikiranku tah apa yang aku pikirkan, yang ada hanyalah bayangan kebahagiaan ketika aku bersama imam. Tak satupun aku bayangkan apakah nantinya aku bakalan sakit atau , apalah yang penting saat ini aku sangat bahagia dengan dirinya.
****
Tetesan embun kesejukan mulai mengalir di kedua pipi ini, dan hujan pun dari tadi turun menguyur bumi ini tanpa henti-hentinya . aku mengusap air mataku dengan kerudung biru , yang aku gunakan . rasa penasaranku terus-menerus merasuk ke pikiranku.aku bergegas mengambil payung di dapur, setelah itu aku mulai menghampiri lelaki yang menggunakan payung misterius itu. Tapi kenyataan berkata lain, lelaki payung itu menghilang nta kemana. Aku yakin ini bukanlah hayalanku. Tapi ini keyataan. Tapi kemana lelaki payung itu pergi?.
Akhirnya aku berlari menuju pohon tinggi itu. Aku tak menemukan seseorang pun di sana, yang aku temukan hanyalah bunga origami berwarna biru di tanah yang basah setelah beberapa butiran hujan mengenai tanah di bawah tepat di bawah pohon tinggi. Aku yakin dia adalah imam , aku yakin betul ! dengan bunga origami biru inilah , aku bisa yaki 100% !. Saat kami bersama dulu, aku dan imam suka banget bikin bunga origami yang berwarna biru.
Tapi mengapa imam pergibegitu saja dariku. Apa imam tidak ingin bertemu dengan ku ataukah imam tak kangen sama aku?.
Tapi mengapa imam menampakan sosoknya. Di hadapanku?.
Ah,,,,aku ngak ngerti apa yang sedang terjadi. .. Aku binguuuuuuu???.
Setelah itu , aku tidak ingat apa-apa, dunia terasa gelap...?.
*****
Di kisahkan oleh sahabat kita NUR HIKMAH , ini adalh kisah nyata dia, ketika dirinya curhan sama kawan_creative.com
Tetaaplah semangat ya sahabatku. Jangan pernah lemah dengan seorang cewek dan sebaliknya juga, seorang cewek jangan pernah mau di buat lemah oleh seorang cowok. Yakinlah bukan hanya dia satu-satunya cowok. Gapailah cita-citamu sahabatku
Karya: eko wahyudi